Nama
1.
Dyah
Wulan Septiani (17211958)
2.
Dessy (11211898)
3.
Catur
Putri Lutpiandari (11211595)
Kelas : 4EA18
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
JAKARTA
2014
BAB
II
BISNIS
DAN ETIKA
1.
Mitos
Bisnis Amoral
Mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu
keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama
sekali. Bisnis tidak punya sangkut paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah
dua bidang yang terpisah satu sama lain. Etika justru bertentangan dengan
bisnis yang ketat, maka orang bisnis tidak perlu memperhatikan imbauan-imbauan,
norma-norma dan lain-lain moral. Bisnis memang sering diibaratkan dengan judi
bahkan sudah dianggap sebagai semacam judi atau permainan penuh persaingan yang
ketat. Tidak sepenuhnya benar bahwa sebagai sebuah permainan (judi) harus
dibedakan antara legilitas dan moralitas. Etika harus dibedakan dari ilmu
empiris.
2.
Keutamaannya
Etika Bisnis
Untuk memperoleh keuntungan etika sangat
dibutuhkan, sangat relevan dan mempunyai tempat yang sangat strategis dalam
bisnis, yaitu:
·
Dalam bisnis modern
para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional dibidangnya.
·
Dalam pesaingan bisnis
yang ketat para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah
benar-benar raja.
·
Dalam sistem pasar
terbuka dengan peran pemerintah yang bersifat netral tak berpihak tetapi
efektif menjaga agar kepentingan dan hak semua pihak dijamin, para pelaku
bisnis berusaha sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan pemerintah, yang
baginya akan sangat merugikan kelangsungan bisnisnya.
·
Perusahaan-perusahaan
modern juga semakin menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga yang siap untuk
dieksploitas demi mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
3.
Sasaran
dan Lingkup Etika Bisnis
Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika
bisnis :
·
Etika bisnis sebagai
etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait
dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
·
Untuk menyadarkan
masyarakat, khususnya konsumen,buruhdan karyawan, dan masyarakat luas pemilik asset umum
semacam lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh
dilanggar atau praktek bisnis siapapun juga.
·
Etika bisnis juga
membicarakan mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu
praktek bisnis.
Dari ketiga lingkup dan sasaran etika
bisnis ini berkaitan erat satu dengan yang lainnya, dan bersama-sama menentukan
baik tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis. Atas dari dasar ketiga sasaran dan
lingkup di atas akan di bahas terpisah satu sama lain. Namun ketiganya jelas
mendapatkan perhatian, menjiwai dan mewarnai seluruh uraian di atas. Maka
terlihat dengan jelas bahwa ketiganya mendapatkan porsi dan penekanan
tersendiri kendati belum tentu secara proposional
4.
Prinsip-prinsip
Etika Bisnis
Sonny Keraf (1998) menjelaskan
bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
·
Prinsip Otonomi
Yaitu sikap dan
kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
·
Prinsip Kejujuran
Terdapat tiga lingkup
kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa
bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama,
jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran
dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga,
jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
·
Prinsip Keadilan
Menuntut agar setiap
orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai
criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
·
Prinsip Saling
Menguntungkan (Mutual Benefit Principle)
Menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
·
Prinsip Integritas
Moral
Terutama dihayati
sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya
maupun perusahaannya
5.
Prinsip
Utama Etika Bisnis
·
Prinsip hormat pada
diri sendiri
Perlunya menjaga citra
baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan
prinsip keadilan.
6.
Etos
Kerja
Etos kerja adalah respon yang dilakukan
oleh seseorang, kelompok, atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan
keyakinan masing-masing. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap
orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan
keyakinan.
7.
Realisasi
Moral Bisnis
Tiga pandangan yang dianut, yaitu :
·
Norma etis berbeda
antara satu tempat dengan tempat yang lain.
·
Norma sendirilah yang
paling benar dan tepat.
·
Tidak ada norma moral
yang perlu diikuti sama sekali.
8.
Pendekatan-
pendekatan Stockholder
·
Kelompok Primer
Yaitu pemilik modal,
saham, kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur dan pesaing atau
rekanan.
·
Kelompok Sekunder
Yaitu pemerintah
setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, kelompok pendukung,
dan masyarakat.
BAB
III
ETIKA
UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Etika Utilitarianisme dikembangkan
pertama kali oleh Jeremi Bentham (1748 -1832). Adalah tentang bagaimana menilai
baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi dan legal secara
moral.
1.
Kriteria
dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Ada tiga kriteria objektif dijadikan
dasar objektif sekaligus norma untuk menilai kebijaksanaan atau tindakan.
·
Manfaat
Bahwa kebijakan atau
tindakan tertentu dapat mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu.
·
Manfaat terbesar
Sama halnya seperti
yang di atas, mendatangkan manfaat yang lebih besar dalam situasi yang lebih
besar. Tujuannya meminimisasikan kerugian sekecil mungkin.
·
Pertanyaan mengenai
manfaat
Manfaatnya
untuk siapa? Saya, dia, mereka atau kita.
Kriteria yang sekaligus menjadi pegangan
objektif etika Utilitarianisme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin
orang.
Dengan kata lain, kebijakan atau
tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut Utilitarianisme adalah
kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin
orang atau tindakan yang memberika kerugian bagi sekecil orang/ kelompok
tertentu.
Atas dasar ketiga Kriteria tersebut,
etika Utilitarianisme memiliki tiga pegangan yaitu :
·
Tindakan yang baik dan
tepat secara moral
·
Tindakan yang
bermanfaat besar
·
Manfaat yang paling besar
untuk paling banyak orang.
Dari
ketiga prinsip di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bertindaklah
sedemikian rupa, sehingga tindakan itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin
bagi sebanyak orang mungkin”.
2.
Nilai
Positif Etika Ultilitarianisme
Nilai positif etika ultilitarianisme
yaitu :
·
Rasionalitas.
Prinsip moral yang
diajukan oleh etika ultilitarianisme tidak didasarakan pada aturan – aturan
kaku yang mungkin tidak kita pahami.
·
Utilitarianisme sangat
menghargai kebebasan setiap pelaku moral
·
Universalitas
Mengutamakan manfaat
atau akibat baik dari suatu tindakan bagi banyak orang yang melakukan tindakan
itu. Dasar pemikirannya adalah bahwa kepentingan orang sama bobotnya. Artinya
yang baik bagi saya, yang baik juga bagi orang lain.
3.
Etika
Ultilitarianisme Sebagai Proses dan Standar Penilaian
Etika utilitarianisme sebagai proses
untuk mengambil keputusan, kebijaksanaan atau untuk bertindak.
Etika ultilitarianisme sebagai standar
penilaian bagi tindakan atau kebijakan yang telah dilakukan. Kriteria – kriteria
di atas dipakai sebagai penilai untuk mengetahui apakah tindakan atau kebijakan
itu baik atau tidak untuk dijalankan. Yang paling pokok adalah tindakan atau
kebijakan yang telah terjadi berdasarkan akibat dan konsekuensinya yaitu sejauh
mana ia menghasilkan hasil terbaik bagi banyak orang.
4.
Analisa
Keuntungan dan Kerugian
Dalam Etika Utilitarianisme, manfaat dan
kerugian selalu dikaitkan dengan semua orang yang terkait, sehingga analisis
keuntungan dan kerugian tidak lagi semata-mata tertuju langsung pada keuntungan
bagi perusahaan.
Analisa
keuntungan dan kerugiaan
·
Keuntungan dan
kerugian, cost and benefits, yang dianalisis tidak dipusatkan pada keuntungan
dan kerugian perusahaan.
·
Analisis keuntungan dan
kerugian tidak ditempatkan dalam kerangka uang.
·
Analisis keuntungan dan
kerugian untuk jangka panjang
5.
Kelemahan
Etika Ultilitarianisme
·
Manfaat merupakan
konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan
yang tidak sedikit.
·
Etika utilitarianisme
tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan
hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
·
Etika utilitarianisme
tidak pernah menganggap serius kemauan baik seseorang.
·
Variabel yang dinilai
tidak semuanya dapat dikualifikasi.
·
Seandainya ketiga
kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, maka akan ada
kesulitan dalam menentukan prioritas di antara ketiganya.
·
Etika utilitarianisme membenarkan
hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar