Nama Kelompok :
1.
Catur
Putri Lutpiandari 11211595
2.
Dessy 11211898
3.
Dyah
Wulan Septiani 17211958
Kelas : 4EA18
Tugas : Minggu 10 & 11 BAB 10
Iklan dan Dimensi Etisnya
Iklan pada hakikatnya merupakan
salah satu strategi pemasaran yang bermaksud untuk mendekatkan barang yang
hendak dijual kepada konsumen dengan kata lain mendekatkan konsumen dengan
produsen.Sasaran akhir seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah
dihasilkan bisa dijual kepada konsumen.Dengan kata lain,pada hakikatnya secara
positif iklan adalah suatu metode yang digunakan untuk memungkinkan barang
konsumen dapat dijual kepada konsumen.
Untuk melihat persoalan iklan dari segi etika bisnis,kami ingin menyoroti empat
hal penting, yaitu fungsi iklan, beberapa persoalan etis sehubungan dengan
iklan, arti etis dari menipu dalam iklan
dan kebebasan konsumen
1. Fungsi
iklan Iklan sebagai Pemberi Informasi
iklan sebagai pemberi informasi
menyerahkan keputusan untuk membeli kepada konsumen itu sendiri. Maka, iklan
hanyalahmedia informasi yang netral untuk membantu pembeli memutuskan secara
tepat dalam membeli produk tertentu demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena
itu, iklan lalu mirip seperti brosur.
Namun, ini tidak berarti iklan yang informatif tampil secara tidak menarik.
Kendati hanya sebagai informasi, iklan dapat tetap dapat tampil menarik tanpa
keinginan untuk memanipulasi masyarakat.Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi
informasi yang benar kepada konsumen, ada tiga pihak yang terlibat dan
bertanggung jawab secara moral atas informasi yang disampaikan sebuah iklan.
Pertama, produsen yang memeiliki produk tersebut. Kedua, biro iklan yang
mengemas iklan dalam segala dimensi etisnya: etis, estetik, infomatif, dan
sebagainya. Ketiga, bintang iklan.
Iklan sebagai pembentuk pendapat umum (opini)
Secara etis, iklan manipulasi jelas dilarang
karena iklan semacam itu benar-benar memanipulasi manusia, dan segala aspek
kehidupannya, sebagai alat demi tujuan tertentu di luar diri manusia. Iklan
persuasif sangat beragam sifatnya sehingga kadang-kadang sulit untuk dinilai
etis tidaknya iklan semacam itu. Bahkan batas antara manipulasi terang-terangan
dan persuasi kadang-kadang sulit ditentukan.
Untuk bisa membuat penilaian yang
lebih memadai mengenai iklan persuasif, ada baiknya kita bedakan dua macam
persuasi: persuasi rasional dan persuasi non-rasional. Persuasi rasional tetap
mengahargai otonomi atau kebebasan individu dalam membeli sebuah produk,
sedangkan persuasi non-rasional tidak menghiraukan otonomi atau kebebasan
individu.
Suatu persuasi dianggap rasional
sejauh daya persuasinya terletak pada isi argumen itu. Persuasi rasional
bersifat impersonal.ia tidak di hiraukan siapa sasaran dari argumen itu.yang
penting adalah isi argumen tepat.dalam kaitan dengan iklan,itu berati bahwa
iklan yang mengandalkan persuasi rasional lebih menekankan isi iklan yang mau
disampaikan .jadi,kebenaran iklan itulah yang ditonjolkan dan dengan demikian
konsumen terdorong untuk membeli produk tersebut.maka,iklan semacam itumemang
berisi informasi yang benar,hanya saja kebenaran informasi tersebut ditampilkan
dalam wujud yang sedemikian menonjol dan kuat sehingga konsumen terdorong untuk
membelinya.dengan kata lain,persuasinya didasarkan pada fakta yang bisa
dipertanggung jawabkan
2. Beberapa
Persoalan Etis periklanan
Ada beberapa persoalan etis yang
ditimbulkan oleh iklan, khususnya iklan yang manipulatif dan persuasif
non-rasional. Pertama, iklan merongrong otonomi dan kebebasan manusia. Dalam
banyak kasus ini jelas sekali terlihat. Iklan membuat manusia tidak lagi
dihargai kebebasannya dalam menentukan pilihannya untuk membeli produk
tertentu. Banyak pilihan dan pola konsumsi manusia modern sesungguhnya adalah
pilihan iklan. Manusia didikte oleh iklan dan tunduk pada kemauan iklan,
khususnya iklan manupulatif dan persuasif yang tidak rasional. Ini justru
sangat bertentangan dengan imperatif moral Kant bahwa manusia tidak boleh
diperlakukan hanya sebagai alat demi kepentingan lain di luar dirinya, termasuk
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pada fenomena iklan manipulatif,
manusia benar-benar menjadi objek untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya
dan tidak sekedar di beri informasi untuk membantunya memilih produk tertentu.
Kedua, dalam kaitan dengan itu,
iklan manipulatif dan persuasif non-rasional menciptakan kebutuhan manusia
dengan akibat manusia modern menjadi konsumtif. Secara ekonomis hal ini tidak
baik karena dengan demikian akan menciptakan permintaan ikut menaikkan daya
beli masyarakat. Bahkan, dapat memacu prduktivitas kerja manusia hanya memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bertambah dan meluas itu. Namun, di pihak lain muncul
masyarakat konsumtif, di mana banyak dari apa
yang dianggap manusia sebagai kebutuhannya sebenarnya bukan benar-benar
kebutuhan.
Ketiga, yang menjadi persoalan
etis yang serius adalah bahwa iklan manipulatif dan persuasif non-rasional
malah membentuk dan menentukan identitas atau citra memiliki barang sebagaimana
ditawarkan iklan. Ia belum merasa diri penuh kalau belum memakai minyak rambut
seperti diiklankan bintang film terkenal, dan seterusnya. Identitas manusia
modern lalu hanyalah identitas massal, serba sama, serba tiruan, serba polesan,
serba instan.
Keempat, bagi masyarakat
Indonesia dengan tingkat perbedaan ekonomi dan sosial yang tinggi, iklan
merongrong rasa keadilan sosial masyarakat. Iklan yang menampilkan yang serba
mewah sangat ironis dengan kenyataan sosial di mana banyak anggota masyarakat
masih berjuang untuk sadar hidup. Iklan yang mewah tampil seakan tanpa punya
rasa solidaritas dengan sesamanya yang miskin.
3. Makna
Etis Menipu dalam Iklan
Entah sebagai pemberi informasi
atau sebagai pembentuk pendapat umum, iklan pada akhirnya membentuk citra sebuah
produk atau bahkan sebuah perusahaan di mata masyarakat. Citra ini terbentukk
bukan terutama karena bunyi atau penampilan iklan itu sendiri, melainkan
terutama terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang
diiklankan dengan apa yang disampaikan dalam iklan itu, entah secara tersurat
ataupun tersirat. Karena itu, iklan sering dimaksudkan sebagai media untuk
mengungkapkan hakikat dan misi sebuah perusahaan atau produk.
Prinsip etika bisnis yang paling
relevan di sini adalah prinsip kejujuran, yakni mengatakan hal yang benar dan
tidak menipu. Prinsip ini tidak hanya menyangkut kepentingan banyak orang,
melainkan juga pada akhirnya menyangkut kepentingan perusahaan atau bisnis
seluruhnya sebagai sebuah profesi yang baik.
Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa iklan yang dan karena itu secara moral dikutuk adalah iklan yang secara
sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan
maksud menipu atau yang menampilkan pernyataan yang bisa menimbulkan penafsiran
yang keliru pada pihak konsumen yang sesungguhnya berhak mendapatkan informasi
yang benar apa adanya tentang produk yang ditawarkan dalam pasar. Dengan kata
lain, berdasarkan prinsip kejujuran, iklan yang baik dan diterima secara moral
adalah iklan yang mem beri pernyataan atau informasi yang benar sebagaimana
adanya.
4. Kebebasan
Konsumen
Setelah kita melihat fungsi
iklan, masalah etis dalam iklan, dan makna etis dari menipu dalam iklan, ada
baiknya kita singgung sekilas mengenai peran iklan dalam ekonomi, khususnya pasar.
Iklan merupakan suatu aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan
hubungan antara produsen dan konsumen. Secara lebih konkrit, iklan menentukan
pula hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan pembeli, yang pada
gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual dalam pasar.
Kode etik periklananan tentu saja
sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan ini. Tetapi, perumusan kode
etik ini harus melibatkan berbagai pihak: ahli etika, konsumen (atau lembaga
konsumen), ahli hukum, pengusaha, pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat
tertentu, tanpa harus berarti merampas kemandirian profesi periklanan. Yang
juga penting adalah bahwa profesi periklanan dan organisasi profesi periklanan
perlu benar-benar punya komitmen moral untuk mewujudkan iklan yang baik bagi
masyarakat. Namun, kalau ini pun tidak memadai, kita membutuhkan perangkat
legal politis, dalam bentuk aturan perundang-undangan tentang periklanan
beserta sikap tegas tanpa kompromi dari pemerintah, melalui departemen terkait,
untuk menegakkan dan menjamin iklan yang baik bagi masyarakat.
sumber
: www.google.com
hengusblog.wordpress.com/2013/02/25/iklan-dan-dimensi-etisnya/
ratnaristy.blogspot.com/2012/11/bab-10-iklan-dan-dimensi-etisnya.html
BAB 11
Etika Pasar Bebas
a. Sistem ekonomi pasar bebas menjamin keadilan melalui jaminan perlakuan
yang sama dan fair bagi semua
pelaku ekonomi.
b. Dari sejarahnya ekonomi pasar bebas justru lahir untuk membasmi sistem
ekonomi yang korup, karena didukung
oleh monopli, kolosi, dan praktek-praktek
politik distorsif yang mengarah pada manipulasi birokrasi pemerintah
oleh
pengusaha demi kepentingan mereka dan elit penguasa dengan mengorbankan
kepentingan dan rasa
keadilan masyarakat luas.
c.
Pasar bebas adalah sistem ekonomi yang lahir untuk mendobrak sistem
ekonomi yang tidak etis dan yang
menghambat pertumbuhan ekonomi dengan memberi
kesempatan berusaha yang sama, bebas, dan fair kepada
semua pelaku ekonomi.
d.
Dalam sistem ekonomi pasar
bebas, semua pelaku ekonomi dibiarkan
bebas mejalankan kegiatan bisnisnya,
sesuai dengan keinginannya untuk mengejar
keuntungan sebesar-besarnya, asalkan dengan syarat tidak \
merugikan masyarakat.
e. Sistem ekonomi pasar bebas bukanlah sistem tanpa regulasi melainkan
sistem yang menjamin kebebasan
berusaha sebagai hak asasi semua orang, tetapi
tetap dalam kerangka aturan yang fair dan terbuka bagi semua.
f.
Regulasi pasar bebas adalah regulasi sebagai perwujudan keadilan dan
kebebasan demi menjamin hak dan
kepentingan setiap orang dan hak seluruh
masyarakat, sambil tetap mempertahankan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang
relatif tinggi.
g. Pasar mencapai tiga nilai moral:
1)
Pasar mengarahkan penjual dan
pembeli untuk melakukan dagang secara adil;
2)
Pasar memaksimalisasi manfaat yang diperoleh penjual dan pembeli dengan
mengarahkan mereka untuk
mengalokasikan, menggunakan dan mendistribusikan
barang-barang mereka secara efisien,
3)
Pasar mencapai semua ini dengan tetap menghargai hak penjual dan pembeli
atas kebebasan.
a. Syarat utama untuk menjamin sebuah sistem ekonomi pasar yang fair dan
adil adalah perlunya suatu peran
pemerintah yang sangat canggih.
b. Peran bahkan campur tangan pemerintah tidak ditolak sama sekali bahkan
pemerintah harus campurtangan.
c. Pemerintah harus turun tangan menindak secara konsekuen pihak yang
merugikan pihak-pihak lain.
d.
Pembatasan peran pemerintah yang
minimal tetapi sekaligus efektif karena:
1)
Tugas melindungi masyarakat dari kekerasan dan invasi dari masyarakat
merdeka lainnya;
2)
Tugas melindungi sebisa mungkin setiap anggota masyarakat dari ketidak
adilan atau penindasan dari setiap
anggota lainnya;
3) Tugas membangun dan mengelola pekerjaan-pekerjaan umum tertentu dan
lembaga-lembaga umum tertentu
yang tidak bisa dijalankan oleh swasta karena
tidak menguntungkan, tetapi sangat berguna bagi kehidupan
bersama.
e. Syarat utama bagi trwujudnya sistem pasar yang adil dalam kegiatan
bisnis yang baik dan etis adalah perlunya
pemerintahan yang adil juga, yang
benar-benar bersikap netral dan tunduk
pada aturan main yang ada.
f.
Pasar bebas akan berubah menjadi hutan rimba tanpa aturan yang jelas,
dimana semua pelaku ekonomi akan
saling memakan dan berupaya melindungi
kegiatan manipulatifnya di bawah dukungan politik yang bisa dibeli.
Agar pemerintah dapat berfungsi secara
efektif menegakkan aturan dan praktek bisnis yang fair, baik dan etis,
pemerintah sendiri harus adil.
1) Membutuhkan pemisahan dan kemandirian antara kekuasaan legislatif,
eksekutif dan yudikatif;
2) Hanya dengan kekuasaan pemerintah yang mutlak ini keamanan, keadilan dan
kepentingan masyarakat umum dapat dijamin
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar